Once Upon a Time In Hollywood

Pelem Quentin Tarantino yang ke-9? Oh baru sembilan tho? Kirain udah banyak.. Maklum nggak terlalu sering juga sih nonton pelem Quentin Tarantino. Sejauh ini baru 3 yang sempat ditonton, Pulp Fiction, Django Unchained sama Inglourious Basterds. Kesannya? Ya gitu deh, namanya juga pelem Quentin Tarantino, penuh dar der dor dan banyak darah-darah. Super sadis sampe bikin miris ke ubun-ubun, bikin jijay sendiri..  Oh ya, satu lagi, Kill Bill, tapi nggak pengen nonton karena kurang tertarik.

Alesannya kenapa pengen nonton Once Upon a Time in Hollywood?

  1. Pertama, karena ada iming-iming konon ada hubungannya dengan kasus terbunuhnya aktris Sharon Tate.  Semua pelem tentang kisah nyata, selalu menarik untuk ditonton.
  2. Kedua, karena yang maen banyak yang keren-keren, ada Leonardo di Caprio, ada Brad Pitt, dan ada Al Pacino, oh ya, plus Dakota Fanning
  3. Ketiga, karena lagi nggak ada pelem lain yang rame, dan rada-rada kesel dikit gegara terakhir nonton Bumi Manusia, pelem dengan durasi lama, yang mestinya bagus, tapi rada-rada kurang gimanaaaa gitu..
  4. Keempat, durasinya 2 jam 45 menit, busyeet. lama juga..  nggak rugi lah bayar tiket dan bekel camilan.

Dan…. nontonlah dari awal (pengennya, ternyata telat 5 menit  gegara nggak denger halo-halo tante bioskop dan salah nunggu depan teater) sampe credit title ditayangkan.

Gimana pelemnya?  Hhm.. mungkin untuk orang yang ngarepin langsung dar der dor, agak membosankan.  Mbak-mbak dan mas-mas di sebelah saya kayaknya  hanya bertahan 2 jam, sudah itu ngacir lah  mereka berdua. Mungkin sebel sama plot pelem kayak yang nipu-nipu dan menyesatkan.

Kenapa dibilang menyesatkan? Lha kan katanya ada hubungannya dengan Sharon Tate,  dan pake tanggal-tanggal segala, seperti halnya pelem kisah nyata.  Tapi taunya?? Ketipu broo..

Pelem ini benar-benar fantasy, tipikal “what if”. Yang mengharapkan bahwa di pelem ini bakal ada adegan pembantaian Sharon Tate yang konon super duper sadis itu, bakal manyun. Ditunggu-tunggu dari awal sampe akhir nggak ada tuh..  Isinya cuma pameran kegantengan dan ke-cool-an Brad Pitt (eehem.. sebagai penggemar Brad Pitt).  Tentunya juga keculunan Leonardo di Caprio.  Tapi, kalo menurut pengamatan saya, pusat perhatian kekerenan di pelem ini terletak di Brad Pitt, bukan Leonardo yang memerankan aktor (fiktif) bernama Rick Dalton.  Kengacoan pelem mulai agak kerasa ketika Rick Dalton menyebutkan namanya ke seseorang, trus nggak jelas gitu, trus yang denger ngira itu Jack Dalton (jadi inget Dalton bersaudara).  Aktor Bruce Lee juga digambarkan rada-rada culun gimanaaa gitu, cungkring dan nggak keren-keren amat berantemnya, kalah deh sama om Brad Pitt.  Sharon Tate? Nah ini, justru di pelem ini Sharon Tate cuma sebagai pemanis, hiburan, dan pemancing suasana kepenasaran.  Yang menarik justru yang jadi Jay Sebring, dengan alis yang panjang melengkung, sikap manis bak anak mamih tak bersalah. Hahaha..

Singkat cerita, di pelem ini, sepertinya sutradara berharap bahwa pembunuhan Sharon Tate tidak terjadi, bahwa yang terjadi adalah sebaliknya, yang pengen ngebunuh Sharon Tate malah dibunuh duluan secara tidak sengaja (juga secara sadis sekaligus keren) oleh Brad Pitt dan Leonardo.  Sebenernya yang keren itu cuma Brad Pitt aja, ketika dia menggunakan anjingnya dengan sekali siul, langsung menyerang pembunuh yang menerobos masuk rumah Rick Dalton.  Anjing pitbull itu langsung mengeremus si pembunuh.  Nah adegan kira-kira 5 atau 8 menit inilah yang paling sadis di sepanjang pelem,  Sadisnya super duper khasnya Quentin Tarantino laaah.. Lainnya nggak ada.  Ada sih pukul-pukulan dan jotos-jotosan dikit, tapi nggak sesadis ketika 3 pembunuh penyusup itu dihabisi di rumah Rick Dalton, sehingga mereka nggak sempat ke rumah Sharon Tate. Padahal tadinya udah niat ke Sharon Tate, lha kok tiba-tiba belok ke rumah Rick Dalton yang konon persis di depan rumah Sharon Tate (ceritanya…).

Pelem yang dapat rating 8.1 di imdb, dan 83 di metacritic score ini memang slow motion, bikin kesel, dan kayak lamaa banget.. nggak terjadi apa-apa.  Penonton cuma disuruh nebak-nebak, ngarep-ngarep, dan ujung-ujungnya dikasih ending yang garing.. Hahaha.. Garing karena nggak nyangka endingnya malah sederhana sekali.. Sharon Tate tetap be a happy woman..  dan Rick malah dapet kenalan baru..  Saking garingnya, kita nggak nyangka itulah endingnya..  Lho kok cuma kayak gitu? nggak ada lagi niih?  Jadi ogah bangun dari kursi dan ngarep ada adegan bonus. Padahal sepanjang film kita udah nyoba nebak-nebak, apakah nanti pembunuhnya ketangkep sama si Cliff? Atau malah Cliff yang dituduh jadi pembunuh, atau apaan sih hubungan Rick Dalton dan Cliff Booth dengan pembunuhan Sharon Tate?

Tapi soal akting emang super keren.  Kayak nonton pelem di dalam pelem. Karena di film ini, diceritakan bagaimana Rick berperan di film-film-nya..    Biasanya, pelem dengan rating 8 an itu nggak bikin nyesel nontonnya, soal rame nggak nya sih relatif.  Tapi kalo saya berpendapat film ini keren sekali, sekeren akting Brad Pitt (eta ku keukeuh.. hahaha..), juga sekeren alur cerita yang membosankan tapi membuat kita tetep pengen nonton, lagi-lagi karena memperlihatkan sisi manusiawi seorang aktor, kehidupan sebagai aktor pelem dengan segala sutressnya, kehidupan yang kontras antara tokoh Rick Dalton dan Cliff Booth (Brad Pitt).  Intinya pelem ini sangat sarat hiburan, hiburan mata dan perasaan, buat siapapun yang menyayangkan kenapa juga Sharon Tate dan kawan-kawannya harus dibantai hari itu, apalagi korban “Salah alamat”, eh salah orang, karena yang membantai nggak tau sama sekali siapa itu Sharon Tate, dia cuma disuruh membantai orang yang tinggal di alamat tersebut, yang dikira mereka justru orang lain.  Hal lain yang menarik dari film ini, betapa absurdnya kehidupan kalangan Hippies kala itu, dan ya cenderung useless, semacam membuang-buang waktu dan kesempatan hanya untuk mencari “persepsi” damai yang nggak jelas preferensinya kemana (ciee..cie… sok buangettt).

Jadi, mending nonton deh..  (wah promosi niih), beneran..  maennya jauh lebih keren dari Iqbal di Bumi Manusia (yaiiyaaaalaaaah…)
Nih intip kekerenan mereka berdua..

Posted in Movie, review.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *