Tiap akhir semester, tiap kali mengajar mata kuliah Pengantar Multimedia, saya selalu memberikan “siksaan” tugas besar berupa pembuatan video-clip singkat dengan tema seputar iklan layanan masyarakat dan iklan kampus sendiri. Tujuan tugas ini so simple, agar belajar secara nyata, pekerjaan skala kecil pada bidang multimedia, yaitu membuat produk multimedia yang simple, video clip. Mengapa simple? karena yang aslinya pasti super duper heboh dan perlu waktu dan energi yang lebih banyak lagi.
Energi? Lha iya, bikin produk multimedia itu perlu energi, energi untuk membuat konsep, energi untuk merealisasikan konsep, mengumpulkan asset-asset atau bahan untuk konsep, mengeksekusi, editing, finishing dan publishing. Ya… kira-kira semacam itulah. So, untuk mengawal agar energi itu tetap hidup, kita harus punya semangat, cita-cita dan cinta. Cieee cieee.. ketinggian ngomongnya bro…
Ya sudah, pokoknya setiap produk multimedia, apapun itu, mungkin semacam game kecil, semacam video clip kecil, pasti dibaliknya ada rasa cinta. Karena, tanpa cinta, bikin produk multimedia itu mustahil. Mengapa perlu “cinta”? Karena dengan cinta, kita melakukan sesuatu tanpa mengharapkan balasan, tetapi karena ingin mengabdikan diri pada sesuatu yang dicintai itu. Halaah, sok imut…!!
Bikin produk multimedia itu keliatan simple tapi perlu usaha. Pertama, harus punya konsep, kedua, harus memikirkan bahan-bahan untuk merealisasi konsep tersebut. Bahan-bahan ini bisa berupa foto, video, audio, klip, animasi, atau apa sajalah yang kira-kira menunjang. Oleh karena itu, tugas ini nggak bisa dihalo-halo secara instant. Misalnya, adek-adek bikin tugas video tentang bla-bla-bla dan kumpulkan minggu depan.. What??? Kalo seperti ini, jadi sih jadi, tapi ya itu, abal-abal, tanpa cinta, tanpa hati.. hehe.. Maka untuk menjaga keterlibatan cinta dan emosi pada produk yang dihasilkan, saya memberikan waktu 1 semester. Yaa, 1 semester. Tugas dihalo-halo di awal semester, dikumpulkan di akhir semester berupa link di youtube. Meskipun demikian, pada umumnya banyak adek-adek mahasiswa yang mengerjakan tugas tersebut alakadarnya, aspul atau asal kumpul, as-plak atau asal jeplak, pokoknya ada nilainya. Memang, saya tetap memberikan nilai dan nilainya nggak sadis-sadis amat. Tapi, untuk mereka yang benar-benar mengerjakan dengan hati, ada konsep, sungguh-sungguh, dengan hasil yang cukup WAW, akan sangat dihargai. Hanya, perlu diingat bahwa ini cuma tugas, jadi sebagus apapun hasilnya, senge-top apapun, tetap bobotnya hanya 30%. Ya, mau gimana lagi, ini kan mata kuliah Pengantar Multimedia, bukan mata kuliah Video Making dan sejenisnya.
Semester ini ada 2 video klip pilihan saya, yang saya amat suka melihatnya. Kedua video ini, meskipun sederhana, tapi dikerjakan dengan niat yang sungguh-sungguh. Kalaupun ada kelemahan-kelemahan, ya masih wajar lah, wong yang bikin video ini anak semester 1 jurusan Teknik Informatika, yang mengandalkan imajinasi dan pengetahuan pas-pasan tentang video, editing video, dan menggagas konsep. So, beginilah video pilihan semester ini.
Iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok karya Florensia Kawulur. Video ini saya pilih karena digarap dengan serius, punya konsep, lumayan menerapkan trik-trik pengambilan gambar seperti blur, hanya diambil kakinya saja, hanya diambil puntung rokok berserakan dan seterusnya. Kelihatan video ini dibuat dengan penuh perencanaan, mempersiakan storyboard, memikirkan pesan apa yang disampaikan dan seterusnya. Kekurangannya, mungkin pada script narasi yang sama sekali tidak berani, dan juga penutupnya puisi Taufik Ismail yang ditampilkan plek blek nggak pake efek misalnya tulisannya agak di scroll atau bahkan sebenarnya puisi itu bisa jadi kerangka sub video baru lagi. Tapi ya, maklum aja, segini sudah lumayan banget. Terutama atas usahanya membuat video menggunakan drone.
Iklan tentang kampus Universitas Widyatama.Video ini dipilih dari sekian banyak video dengan tema yang sama, tetapi dengan teknik pengambilan gambar yang membosankan dengan obyek yang itu-itu saja, terlalu mainstream. Video ini mencoba menyoroti kampus dari sudut yang unik. Kekuatan video ini antara lain: memikirkan konsep yang akan disampaikan ke penonton, misalnya obyek yang diambil dari lingkungan terdekat, seperti ruangan kelas, kantin, lanjut ke fasilitas seperti laboratorium, ruang auditorium, kegiatan mahasiswa, hingga ke fasilitas yang lebih besar seperti gedung, perpustakaan, parkir, dan selanjutnya menampilkan Universitas secara keseluruhan. Meski teknik pengambilan ada yang masih pas-pasan, kurang teliti, dan perpindahan dari satu scene ke scene lain masih agak terburu-buru, secara keseluruhan video ini sangat bagus. Dari segi konten, kekurangannya terletak pada narasi, text penuntun dan sebagainya yang mungkin bisa membuat video ini lebih menarik lagi. Jempol juga atas niatnya menggunakan drone untuk mengambil ballpark view Universitas. Tadinya saya kira yang scene drone itu dapet ngebajak dari Video rilis resmi Marketing Universitas, ternyata setelah saya bandingkan, beda. So.. jempol buat yang bikin video ini ya…!! [Update: ternyata videonya di-set private, atau bahkan mungkin sudah dihapus, sayang ya.. padahal kereen lho]
Oh ya, lupa, ketinggalan, ini juga ada satu lagi video yang saya favoritkan. Video ini hasil tugas tahun lalu, tentang iklan bahaya merokok. Sebetulnya video ini biasa aja, hanya pesan yang disampaikan itu lumayan mengena. Sederhana tapi jleb. Video ini dibuat oleh mahasiswa kelas karyawan, Rizky Madya. Biasanya hasil kelas karyawan lebih bagus, karena beberapa diantaranya sudah bekerja dan kemungkinan juga sudah terbiasa mengedit video plus juga (diduga) memiliki peralatan yang cukup memadai.
Mengapa saya yakin bahwa bikin video itu susah.. karena eh karena dahulu sekali, saya pernah mencoba jadi editor amatiran sekitar 13 tahun yang lalu, waktu Kakak Bilal masih sekolah TK. Tadinya hanya berniat mengkompilasi video punya anak sendiri. Tapi, setelah dipikir-pikir, kenapa nggak sekalian membuat video yang merangkum kegiatan selama setahun? Jadilah materi video ini dikumpulkan sedikit demi sedikit selama setahun. Hasilnya video dengan durasi yang cukup panjang (hampir 1 jam) karena memuat hampir semua kegiatan di TK. Video ini saya potong-potong per segmen untuk memudahkan proses editing dan rendering. Masing-masing potongan dibuat menjadi satu klip, kemudain klip-klip ini disatukan menjadi video list ketika di-burn ke VCD (eeeh waktu itu masih VCD mainannya, DVD belum terjangkau, baik CD burning maupun player-nya). Waktu itu, bikin video sesederhana ini saja sulitnya minta ampun, karena eh karena keterbatasan peralatan, kemampuan editing foto, waktu dan daya tahan di depan komputer.
Berikut ini masalah-masalah yang perlu dipertimbangkan saat membuat video klip:
Video : Untuk membuat video klip, kita harus memiliki stok video dalam jumlah cukup banyak. Makin banyak stok, makin banyak alternatif scene mana yang akan diambil. Waktu bikin video TK ini, saya mengumpulkan video selama satu tahun. Video ini diambil menggunakan berbagai peralatan video alias dapet minjem. Kadang handycam yang rada bagus, seringnya handycam asal comot seadanya. Video ini memiliki resolusi yang beragam, dan ketika digabung, seringkali njomplang kualitasnya. Belum lagi dari setiap klip video tersebut harus dipotong-potong, diambil segmen mana yang diperlukan, mana yang harus dibuang. Ini berarti setiap video tersebut yang jumlahnya bisa puluhan, harus ditonton satu-satu, dicatat timeline-nya untuk mengetahui detik mana video harus dipotong, kemudian dipotong-potong, dan potongannya disimpan terpisah dalam satu katalog sesuai storyboard.
Foto : Asset lainnya adalah foto. Foto-foto ini, meskipun relatif mudah memilihnya karena sebagian foto hasil karya tukang foto Toto, tetap aja untuk beberapa anak ada yang nggak nemu foto yang “pas”, sehingga harus dicomot-comot dari foto yang ada, atau di-capture dari video. Foto hasil sortir ini (yang jumlahnya juaaauh lebih banyak dari video, ratusan), kemudian harus di-edit ulang agar ketika tayang di video cukup cerah. Seringkali keburu males edit ulang, jadilah foto-foto ini beberapa diantaranya ditayangkan ala kadarnya. Ala kadar tersebut misalnya terlalu cerah, terlalu gelap dan sebagainya. Masalah lainnya, beberapa foto ketika diubah menjadi slide video kok malah nge”ghosty” (maksudnya jadi rada ngeblur dengan bayangan di sekitar mata yang membuat foto jadi mirip foto hantu). Lha taunya itu setelah foto-foto tersebut di-render jadi satu klip tersendiri. Terpaksa deh dibongkar lagi deretan foto-fotonya.
Audio: nah ini juga lumayan puyeng, audio saya tambahkan untuk menjadi background musik video klip tersebut. Milih audio ini mudah-mudah gampang eeeh susah. Dari sekian banyak lagu, kita pilih lagu yang kira-kira cocok jadi “theme song” video klip tersebut. Lagu-lagu kandidat ini ditelisik satu per satu, makna lagunya, beat nya, pesan yang disampaikan, liriknya juga. Jangan sampe kita milih lagu yang “salfok” eeh malah keplih lagu dengan lyrics yang serem sehingga nggak mendukung isi video tersebut. Setelah terpilih lagu kandidat, lagu ini dibongkar pasang, dipilih bagian mana yang akan ditonjolkan, bagian mana yang tidak, mau disimpen pas adegan mana, apakah sinkron dengan timeline video dan seterusnya. Biasanya proses ini makan waktu cukup lama, karena lagu-lagu tersebut harus cocok sama “beat” video juga. Kalo nggak, nanti penonton nggak dapet “look and feel” dari video klip yang kita buat.
Komputer : Peralatan yang paling vital adalah komputer yang gahar. Proses burning tanpa komputer yang gahar hanya menghabiskan waktu dan energi, dengan hasil yang pas-pasan juga. Karena ketika itu komputer saya cuma bertenaga “celeron”, maka untuk burning, saya terpaksa meminjam laptop gress punya teman yang ditenagai oleh Pentium IV. Setahun sebelumnya saya maksa-maksa nge-burning pake si Celeron, akibatnya celeron saya langsung crash dan perlu install ulang, setelah semalam dibiarkan me-render untuk durasi video hampir 1 jam. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka saya selalu memecah klip-klip menjadi durasi pendek-pendek, antara 5-10 menit.
Software Authoring : nah ini juga nggak kalah penting, terutama selaku pengguna software bajakan, perlu nyari-nyari software yang pas untuk editing, cutting, dan rendering. Pertama kali saya pernah pake software Ulead video. Ternyata software ini boros banget memory dan processor ketika rendering (untuk kondisi komputer Celeron, 14 tahun yang lalu ya..). Alhasil ketika rendering, komputer saya tewas dengan sukses. Kemudian salah satu mahasiswa saya yang baik hati mengenalkan software Pinnacle yang ternyata lebih ringan dan lebih “acceptable” dengan kondisi komputer saya. Software ini saya pake lumayan lama, sampe 3-4 tahun kemudian. Semua software authoring tersebut menggunakan model timeline, karena lebih mudah dipahami. Selain software editing, saya juga menggunakan beberapa software pelengkap misalnya untuk memotong file lagu mp3 supaaya keambil bagian tertentu (dulu Ulead nggak bisa langsung motong di panelnya), software untuk memotong video di scene-scene tertentu, dan lain-lain. Sekarang? ya pake yang gratis-gratisan aja lah, bisa Windows Movie Maker, atau beberapa produk lainnya. Seringnya saya donlot pas butuh, setelah itu lupa, uninstall atau terhapus.
Alhasil, setelah bekerja keras sekitar 2 bulan, akhirnya berhasil dibuat video sederhana seperti berikut. Video ini hanya cuplikan awal opening title dari video dokumentasi TKIT Pusdai selama satu tahun (2004-2005).
Eeh, kadang-kadang, ada juga yang minta dibuatkan video dari bahan-bahan yang sudah ada. Kita nggak tau konsepnya, nggak tau mau bikin apa, pokoknya tiba-tiba disodori bahan-bahan mentahnya aja. Bahan-bahan tersebut berupa kumpulan foto yang (lagi-lagi) bisa ratusan, plus puluhan potong video yang harus disortir ulang. Ordernya hanya sesederhana ini : buatkan video promosi singkat, maks 5-10 menit, yang bisa menggambarkan kegiatan-kegiatan dari bahan-bahan berikut. Baiklaaah.. Kapan harus jadi? 2 hari bisa? Oh?? Oke lah.. dicoba ya… Untungnya pas order ini datang, saya sudah mengkaryakan komputer dengan tenaga Core i5, dan kartu grafis NVidia GeForce 1Gb. Ya lumayan lah, nggak tersendat-sendat seperti 10 tahun yang silam. Jadi, meski harus tetap teliti, tapi proses render bisa dikerjakan jauh lebih cepat. Cuma proses milih-milih foto, motong-motong video ya tetap harus dijabani. Setelah semalaman full sampe pagi menempelkan badan di kursi depan komputer, berikut ini hasil editing video promosi tersebut. Karena video ini di-request non formal, jadi ya nggak apa-apa ditayangkan disini. Konon hasil video ini digunakan oleh yang pesen untuk membantu menjelaskan seperti apa kegiatan di sekolah tersebut.
Itulah sebabnya, saya selalu memberikan tugas vide klip dengan quote “kerjakan dengan cinta”. Karena tanpa cinta, siapa siih yang mau mengumpulkan asset berminggu-minggu (tergantung dari rentang waktu konten kegiatan yang akan ditayangkan), duduk bermalam-malam di depan komputer, memelototi video klip satu demi satu, mengedit foto yang jumlahnya bisa puluhan atau ratusan, mencari asset pendukung seperti lagu, text, animasi dan lain-lain, hanya untuk menghasilkan video dengan durasi misalnya sekitar 5-10 menit. Tapi kalo sudah suka, gimana atuh? Ini contoh video angkatan SMA Negeri 1, tahun 2017, yang dikerjakan oleh Kakak Bilal bersama teman-temannya. Proses pengumpulan asset perlu satu tahun, editing dan finishing sekitar 2 minggu, dan hasilnya? Videonya lumayan kece bukan?
Jadi, mau bikin video klip? Pengen punya vlog yang keren? sok atuh geura derrr…