Transformer

Baiklah… baiklah.. setelah berusaha bersusah payah menahan diri, akhirnya kali ini saya bermaksud melakukan “sharing” how to transform something into something… deuh mulai rada nggak jelas niih ngomongnya..

Gini lhooo.. latar belakangnya dulu yaa..

Pasti deeeh, banyak diantara rekan-rekan dosen (termasuk sayaaaa!! ngaku..hayoo!!) yang entah karena sesuatu dan lain hal, bermaksud “mengangkat” (baca : mengembat) hasil tugas akhir mahasiswa bimbingannya menjadi sebuah paper yang mau dipublikasikan entah dimana.. terserah deh. Tulisan saya nggak bakal membahas dari segi formal etis atau perdebatan apakah hal tersebut boleh atau tidak boleh dilakukan, seperti apa batasannya, de-el-es-be, de-el-es-be. Kayaknya pernah juga saya bahas soal pencantuman nama mahasiswa yang dibimbing tersebut pada paper yang kita publikasikan (lhaa iya tooo.. kan mereka ikutan nulis juga..). Tapi, saya juga nggak bersedia dituding: cuma maen co-pas ajaaa!!!… pliiss deeh.. sebagian besar hasil tugas akhir mahasiswa tersebut dibuat terburu-buru, penulisan teori asal njeplak (apalagi kalo yang pengen buru-buru lulus), atau dapet nerjemahin abrakadabra dari google translate, dlsb. So, yang saya lakukan, mostly, ya nulis ulang.

Tapi, bukan itu yang mau saya share..

Truuus??

Buat para dosen yang melakukan hal tersebut (mengubah materi tugas akhir mahasiswa menjadi paper), banyak sekali yang bener-bener apa adanya, dan adanya apa, alias nggak ada sentuhan “bumbu” yang menarik, sehingga jadinya bener-bener artikel paper yang stereotype, yang isinya gitu-gitu aja, yang nggak ada sesuatu yang menarik, berbeda, dlsb. Meski, bumbu nggak selalu harus berbeda dengan yang laen, tapi setidak-tidaknya, dengan bumbu, artikel tadi akan tampil “sedikit” berbeda dari wujud aslinya yang berupa tugas akhir tadi.

Bumbu yang bisa dilakukan, antara lain :

1. Mencoba mengolah materi dari lahan yang berbeda. Misalnya materinya “cuma” perancangan atau pembuatan situs web abcd, maka kita bisa mengolahnya menjadi :

  • Pendekatan dalam pengembangan situs web
  • Pendekatan dalam estimasi ukuran aplikasi, misalnya pake Functional point (ada juga yang versi “object oriented” nya, cuma belum sempet dibaca)
  • Pendekatan dalam menyajikan konten situs web
  • Pendekatan dalam pengembangan aplikasi secara umum

2. Membuat apa adanya, tetapi disunting lagi sedemikian rupa sehingga hasil tulisannya lebih “mendalam”, misalnya :

  • Menambah teori yang relevan (biasanya teori yang dicakup di tulisan mahasiwa itu-itu aja)
  • Mengubah judul menjadi sesuatu yang lebih menarik
    contoh :

Dan masih banyak tips dan trik lainnya. Intinya memang harus kreatif. Trus kalo ada pertanyaan..

eeeh kalo pake punya ex mahasiswa bimbingan kita, itu plagiat bukan sii?

Menurut saya ini lhoo.. menurut saya yaaa.

Nggak plagiat (kecuali kalo mahasiswanya ternyata plagiat, jadi kita kena tulah jugaaa..ha..ha.), karena nama mahasiswa tersebut kita cantumkan sebagai penulis, meskipun kontribusi mereka dalam menulis paper berupa penyedia materi saja, selanjutnya si dosen lah yang full menulis dan bertanggung jawab dengan isi tulisannya.

Trus, gimana kalo mahasiswanya nggak terima, protes, dlsb?

Saya rasa mereka nggak akan protes, atau nggak terima, asalkan nama mereka dicantumkan, diperlakukan sebagai mitra penulis yang selayaknya, dan lebih baik lagi, jika sebelumnya kita bisa menghubungi mereka, minta ijin secara baik-baik bahwa materi mereka akan kita publikasikan sebagai paper (biasanya mereka dengan senang hati menerima).

Trus, apa itu namanya dosen pemalas kah?

Bukannya bikin sendiri, malah pake punya mahasiswa..?

Ya, relatif siih pemalas itu. Malas mana…? yang ngedit ulang punya mahasiswa, atau yang sama sekali nggak pernah nulis..? Hayooo!! Cuma ya.. idealnya kita itu “balance” sajaah, kadang-kadang pake yang mahasiswa, naaah, sering-sering pake ide dan tulisan sendiri laah, kan nggak enak juga kalo semua tulisan kita itu nama penulisnya berjamaah..he..he.. Sekali-sekali mejenglah dengan nama anda sendiri, yakin seyakin-yakinnya..ha..ha.. Tapi, kalo misalnya anda suatu saat terdesak terpaksa menggunakan tulisan mahasiswa, mungkin opini dan saran saya di atas dapat dicoba.

And last but not least…. menulis itu lebih penting daripada nggak nulis.. percayalah..percayalah..ha..ha..

Posted in Curcol.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *