Masa liburan panjang adalah masa paling mengasyikkan buat anak-anak, tetapi merepotkan buat emak-emak. Selama masa tersebut, emak-emak harus cekatan menyiapkan makanan yang lebih cepat dan lebih sering habis dari biasanya. Apalagi kalo rumah dijadikan markas sementara kumpul bocah, ya harus punya stok logistik berlebih deh. Tapi yang paling runyam itu mencari kegiatan buat mereka, kemana ya? yang dekat, mudah dan murmer? Nah kategori terakhir ini penting banget lho.. Soalnya sekarang-sekarang ini tempat wisata di Bandung mahal-mahal bo… Kalo yang masuk cuma 1-2 orang sih nggak kenape-kenape. Lha kalo harus membayar tiket untuk 6-8 orang dikali 50rb aja sudah hampir mendekati 500 rebu, belum lagi makanan, tiket wahana, de-el-el, de-el-el. Ditambah lagi, di seputaran Bandung ini, dengar-dengar (soalnya jarang juga wisata, males sama macetnya), banyak tempat yang menerapkan fee “tambahan”, misalnya, motret di spot-spot tertentu, dikenai biaya… bawa kamera DSLR, dikenai biaya.. bahkan (konon) ada yang menuju lokasi tersebut mobil harus diparkir jauh, dan pengunjung dipaksa kudu mengojek atau menggunakan mobil transportasi lokal dengan biaya yang gejreng gejreng.. Tapi itu katanya lhooo.. persisnya saya juga nggak tau. Masalahnya, katanya-katanya tersebut kan baru kita ketahui setelah jreng ada di lokasi tersebut. Oleh karena itu, emak-emak semart macam saya ini akan lebih selektif mengajak anak-anak piknik di masa liburan ini.
Setelah browsing-browsing, akhirnya kita memutuskan pergi ke Kampung Cai Ranca Upas. Niat utamanya sih nyari tempat yang ada kolam renangnya, tapi harus murah. Di kota Bandung, susah cari kolam renang murah meriah. Semacam kelas kolam renang air hangat yang ada seluncuran de-el-es-be, rata-rata bertarif minimal 40rb an. Yo wes.. kalo gitu carilah tempat yang ada kolam renangnya, plus juga ada hal-hal lucu lainnya. Maka, dengan kriteria pencarian seperti itu, kita menemukan Kampung Cai.
Dimanakah Kampung Cai?
Kampung Cai itu di Ranca Upas, bersamaan dengan tempat penangkaran rusa. Dari gerbang exit tol Soroja kira-kira 1 sampai 1.5 jam, tergantung macet atau nggak. Kemaren kita pergi memang sengaja memilih bukan di hari libur, karena pasti macet. Total perjalanan dari kota Bandung sekitar 2 jam an lah.. Lokasinya juga gampang dicari. Tinggal tulis di mbah google map, aktifkan direction, sudah deh ketauan posisi Kampung Cai.
Apa saja fasilitas yang tersedia di Kampung Cai?
Macem-macem, ada berkuda, memanah, kolam renang air panas, bumi perkemahan, warung-warung makanan dan lain-lain. Fasilitas yang paling unik ya penangkaran Rusa.
Di Kampung Cai, kita bisa colek-colekan dengan rusa-rusa, memberi makan dan foto-foto.
Bayar lagi?
Ya iya lah.. tapi nggak mahal kok..
Ini rincian biaya dari fasilitas yang kita coba aja ya.. yang nggak dicoba, nggak tau deh, soalnya kita datang sudah sore.
- Tiket masuk : Rp.15.000/orang
- Parkir mobil : lupa, 10 atau 25rb
- Naik kuda : 20 ribu, keliling lapangan parkir, balik lagi.. (tapi lumayan laaah.. kudanya juga gede-gede dan lapangan parkirnya juga luas, kira-kira setengah lapangan bola).
- Memanah : 30 ribu untuk 20 anak panah (tapi kita nggak nyobain, karena anak-anak kurang tertarik, males katanya..)
- Berenang : 20 ribu/orang, berenang nggak berenang harus bayar, Tapi karena kemaren kita masuk kolam sudah mau tutup, akhirnya hanya dihitung yang anak-anaknya aja. Kolam renang tutup jam 16.30, tapi prakteknya yang berenang baru bener-bener beranjak jam 17.00, setelah makin lama makin dingin airnya..
- Makan? eeh nggak tau, soalnya kita sudah sigap membawa bekal, karena rakyatnya banyak dan mau ngirit juga. Pulangnya kita sempat membeli bajigur 10rb/gelas plastik (muahal yak… ) trus didiskon jadi 8ribu karena udah sore banget. Anak-anak juga jajan baso tahu (banyak acinya) berapa ya.. mungkin 2000 an sebijinya. Selebihnya kita bekal dari rumah, termasuk air mineral.
- Kemah: katanya bayar lagi, tapi kita nggak mungkin nyobain kemah. Kalo nggak salah sekitar 35rb/orang, tentunya ada penyewaan tenda, sleeping bag, dan berbagai peralatan kemah lainnya.
- Toilet : gratis.
Nah, dengan kondisi seperti itu, apa saja yang kita lakukan?
Berkuda, tapi hanya yang krucil aja yang mau. Yang abegeh sudah tidak tertarik..
Memberi makan rusa. . Nah ini menarik..
Untuk memberi makan rusa, tidak dikenakan tarif tambahan, tapi yaaa kita kan nggak bawa apa-apa. Jadi terpaksa membeli kangkung seharga 5000/ikat. Lha mbawa kangkung seikat menghadapi sekian banyak rusa-rusa itu sulit lho.. Dalam sekejap si kangkung habis disikat. Setelah 2 ikat pertama tandas dalam beberapa detik, akhirnya terpaksa membeli 3 ikat lagi, dengan pesan, diirit-irit ya ngasihnya.. Nah sekarang anak-anak lebih berpengalaman. Mereka memberikan kangkung sebatang demi sebatang, dengan resiko dikejar-kejar rusa. Tapi anak-anak seneeng banget nampaknya. Mereka seneng bisa mengelus-elus bulu rusa, menempel-nempel ke rusa dan berfoto bersama rusa, dari jarak dekat.
Oh ya, tempat menuju penangkaran rusa ini diberi akses berupa jembatan. Pada pintu gerbang ditempel peringatan, maksimum 40 orang, karena jembatan sudah agak tua, takut roboh.
Lha, habis memberi makan rusa, kita buru-buru ke kolam renang karena takut tutup. Eeh bener aja, kolam tutup jam 16.30, kita baru sampai loket jam 16.00. Setelah membayar 20rb/orang plus tawar tawaran dikit, akhirnya kita masuk kolam renang. Seperti bisa dilihat di foto-foto di internet, seharusnya kolam renang ini terdiri atas 2 kolam. Satu kolam besar dan 1 kolam anak. Di kolam besar dilengkapi dengan ember tumpah dan semacam serodotan mini seperti waterboom, tapi ukurannya cukup tinggi. Ketika masuk ke area kolam, ternyata penonton kecewa…!!
Karena air di kolam besar sangaaat sedikit. Entah lagi dikuras atau gimana, kok nggak ada penjelasan. Harusnya begitu kita mau beli karcis minimal ada warning lah.. bilang air di kolam besar sedikit karena nganu.. nganu.. nganu.. Lha ini airnya di bagian terdalam, hanya setinggi 70cm. Ember tumpah tampak berkarat tidak berfungsi, demikian juga dengan serodotan water boom mini, tidak bisa digunakan karena kering dan berkarat, tidak ada airnya, digembok juga. Lha siapa yang mau meluncur di wahana tersebut kalo berkarat dan tanpa air? Alhasil anak-anak lebih banyak main air kecipak kecipuk ketimbang berenang. Tapi namanya juga anak-anak, nggak berenang beneran aja mereka sudah senang, asal bisa saling sembur air dan berendam di air panas. Airnya nggak terlalu panas, malah seperti yang dingin. Tapi ternyata di tempat pancuran air keluar ke kolam, suhunya lebih hangat. Jadi beberapa ibu-ibu macet di pancuran tersebut menyiram punggungnya.
Tempat kemping? Nah ini dia yang menarik. Medan kemping di Kampung Cai ini relatif datar dan mudah dijangkau. Selain itu, sepertinya pengunjung bebas ingin kemping di wilayah mana, asal duluan nge-tag aja sepertinya. Kemudahan dijangkau ini termasuk kemudahan memparkir mobil persis di sebelah tenda, sehingga kok kayak kemping-kempingan, karena semua barang dari mobil bisa wara wiri ke tenda, seperti kompor, makanan dlsb. Tentunya ada juga lahan kemping yang agak masuk dan tidak bisa ditempel dengan mobil karena jalan akses hanya jalan 5-6 tapak.
Dikarenakan hari sudah sore, kita tidak banyak nglayap sana sini. Salah satu tempat yang menarik adalah semacam jembatan kayu di atas rawa-rawa. Jembatan ini terbentang cukup luas dan berhenti di tengah-tengah rawa dan pondokan. Tempat ini, ketika dikunjungi kayak biasa-biasa, tetapi efeknya sangat ajib ketika difoto. Untuk mencapai jembatan ini, kita harus melewati jalan beralaskan batu-batu besar sekitar 300 meter, kemudian lapangan yang amat strategis untuk kemping dengan view yang very very emejing. Tapi kemping disini mesti siap-siap gelap gulita. Toilet ada di pinggir lapangan, tetapi gelap, jadi kalo malam-malam perlu ke toilet, harus bawa lampu sendiri.
Berapa biaya yang dihabiskan selama di Kampung Cai Ranca Upas? Mungkin sekitar 300 rb an untuk mengawal 7 anak dan 2 dewasa, dengan catatan, makan besarnya bekal dari rumah. Lumayan murah meriah dibandingkan wahana wisata lainnya.