Leo namanya,
Umurnya kita tidak tau persis berapa..
Suatu hari, kira-kira akhir tahun 2017, Leo tiba-tiba muncul di tempat kita di Dago Barat. Pertama muncul, bulunya dicukur hampir di seluruh badan, hanya tersisa di bagian buntut. Dicukur ya.. bukan gundul, jadi sengaja dicukur. Karena itu kita beri nama Leo, karena penampakannya mirip sekali dengan singa jantan.
Leo diam 3 hari di rumah, diduga karena mengejar-ngejar kucing betina, Blacknose atau Moni, entah mana yang ditaksir. Meski baru muncul, Leo sempat duduk-duduk di bufet di dalam rumah, bahkan di sandaran kursi. Sifatnya yang baik, nggak ngaprak sembarangan, nggak juga ribut bersuara, sehingga kita biarkan Leo sesuka hati di dalam rumah. Selang tiga hari, tiba-tiba Leo menghilang, entah kemana. Asumsi kita, mungkin sudah kembali ke pemiliknya. Leo seperti kucing campuran. Sifat kucing rasnya terlihat dari sikapnya yang betah berlama-lama diam di suatu tempat.
Dua bulan berlalu, tiba-tiba Leo muncul lagi. Semua senang dan gembira Leo muncul. Tidak lama kemudian, anak Blacknose lahir dengan beberapa ekor memiliki bulu yang mirip Leo, salah satunya si Mutmut, yang berwarna kuning persis Leo. Kali ini, Leo nggak mau pergi, terus diam di teras rumah. Sesekali nyelonong masuk ikut makan di dapur. Seminggu, dua minggu, hingga sebulan, hingga muncul pertanyaan, ini kucing siapa sih? Kok nggak pulang-pulang? Kok yang punya nggak nyariin? Lama-lama kita menganggap Leo sebagai kucing di rumah kita, bersama dengan moni dan blacknose. Leo sifatnya baik, setiap malam selalu menunggu Ayah pulang, setiap pagi selalu menyapa ayah jika ayah keluar rumah. Entah minta makan, atau sekedar mengeong minta dielus. Setelah kenyang makan, Leo lebih suka bermalas-malasan di bawah mobil-mobil yang terparkir di halaman depan rumah. Kadang Leo berhari-hari diam di suatu tempat, misalnya di teras rumah tetangga, di bangku belakang warung, atau di motor tetangga. Leo beberapa kali ingin masuk rumah, bahkan beberapa kali sempat “kecolongan” masuk. Leo tidak diizinkan masuk rumah lama-lama, karena Leo masih suka marking, nandain lokasi dengan pipisnya. Sedikit, tapi bauuu banget. Apalagi ketika musim kawin dan Leo mendapat saingan dari Bika, kucing tetangga (yang sebenarnya anak Moni juga). Sering terjadi Bika dan Leo kejar-kejaran. Beberapa kali Bika kalah, beberapa kali Leo juga kalah dengan luka-luka di beberapa tempat. Umumnya di telinga. Leo juga suka berkelahi dengan kucing lain yang numpang nengok nyari kucing betina. Biasanya, kalo luka, Leo cukup diobati dengan betadine. Musim hujan tiba, dan muncul penyakit baru, pilek. Leo sering bersin dan ingusan. Beberapa kali kita lap dengan tissue. Tapi, secara umum Leo bukan kucing yang rewel. Buang kotoran di tengah-tengah semak di kebun. Makan ala kadarnya, hanya mau cat food, nggak mau makan sisa makanan seperti nasi, ayam goreng atau potongan daging.
Sifatnya yang amat setia membuat semua anggota keluarga jatuh hati. Setiap malam, Leo akan berdiri di gerbang menunggu suara motor pulang. Leo selalu hafal mana motor ayah/kakak atau motor tetangga. Kalo yang datang motor ayah/kakak, Leo langsung menyambut lari ke gerbang, sekedar ingin disapa. Setelahnya, Leo akan duduk dengan tenang di suatu tempat. Leo sifatnya amat baik dan tenang. Hampir tidak pernah mencakar. Bahkan ketika dimandikan dan dibersihkan mulutnya dengan gosok gigi (karena mulutnya bau, dikira dari sisa makanan), Leo sama sekali tidak menggigit dan mencakar.
Suatu hari, datanglah kucing yang sudah lama tidak pernah kelihatan. Kucing ini datang dengan kondisi badan penuh penyakit kudisan. Kita tidak tau apa jenis penyakitnya, kita beri nama si Dis-dis, karena badan dan wajahnya penuh kudis. Setiap hari, kucing ini berbagi makanan dengan Leo. Sampai suatu hari kucing ini tergeletak lemah hingga akhirnya mati. Kita pikir, karena sudah tua. Karena memang sepertinya kucing ini sudah lama beredar di lingkungan sekitar.
Setelahnya Leo mulai terkena gatal-gatal di telinga. Kita pikir hanya jamuran biasa, cukup dioles minyak tawon. Kadang sembuh, kadang muncul yang baru.
Waktu berlalu, ketenangan Leo mulai terusik gegara kita “terpaksa” mendadak pindah tempat tinggal. Proses pindah yang dicicil dan lama, menyebabkan kondisi rumah berantakan, baik di rumah lama dan rumah baru. Leo, Moni dan Blacknose belum bisa diajak pindah, karena di tempat baru masih berantakan dan belum teratur. Kita juga belum membawa kandang kucing, dan mempelajari lingkungan sekitar. Di tempat baru ini, memang banyak tetangga memiliki kucing. Tapi tempat yang sempit dengan halaman terbatas, membuat kita bingung untuk mengangkut kucing-kucing tersebut. Rentang waktu 1 bulan rupanya cukup membuat kucing-kucing menderita. Di rumah lama, kucing-kucing ditinggalkan tanpa pemilik. Mereka berkeliaran di rumah yang berantakan, berisi sisa-sisa barang, tanpa orang sama sekali. Meski setiap malam kakak menyempatkan menengok untuk memberi makanan, tapi kucing tetap bingung dan stress. Tetangga melaporkan, Leo sering mengeong-ngeong di depan gerbang kalo malam. Seolah-olah menunggu orang datang. Beberapa kali kakak datang kalo malam, untuk memberi makan kucing, menemukan Leo duduk di jok motor seolah-olah tidak ingin ditinggalkan. Akhirnya, kakak nggak tahan untuk membawa Leo. Malam-malam, dengan ransel, Leo dibawa pake motor. Di tengah jalan, Leo sempat kabur dari ransel, tapi nggak lari kemana-mana, hanya diem di pinggir jalan. Kakak tangkap lagi dan dibawa ke tempat baru. Di tempat baru, Leo disimpan dalam kandang untuk penyesuaian. Dua hari di kandang, Leo sudah bisa dilepas. Cemas dan bingung di tempat baru. Leo perlu waktu penyesuaian. Hal yang paling pertama sulit buat Leo adalah tempat buang kotoran. Tempat baru ini nyaris tidak ada lahan kosong. Beberapa kali Leo mencari tempat strategis di halaman sempit di depan rumah. Beberapa kali juga sempat terjadi tragedi Leo membuang kotoran di gang depan rumah dan terinjak tetangga. Gegara hal ini, tetangga protes, dan Leo terpaksa dikurung. Lama-lama, Leo mulai betah di depan rumah, nggak perlu dikurung, dan sudah teratur buang kotoran di satu tempat di halaman depan. Tapi, kok, sudah 1 bulan ini, jamur di kulitnya makin menjadi-jadi, bahkan berdarah-darah. Tadinya dikira itu karena dulunya sering berkelahi, dan sisa-sisa luka. Setiap pagi diobati dengan betadine dan minyak tawon, tapi seperti nggak ada hasilnya. Bahkan sekali waktu, ketika digosok-gosok, di dalam bulu kepalanya terasa kulitnya ada kerak-kerak. Ternyata, kerak ini ada hampir di seluruh badan. Tapi Leo masih sehat, makan, tidur, dan memang Leo karakternya nggak banyak gerak. Beberapa kali Leo maksa masuk ke dalam rumah. Kalo masuk rumah, Leo langsung masuk ke kamar untuk tidur di pojokan kasur. Tapi, pileknya makin menjadi-jadi, dan tiap bersin, percikannya nempel di tembok, susah dibersihkan dan bau. Padahal sudah beberapa kali sempat diberi obat pilek berupa obat tetes. Beberapa kali Leo juga sembunyi di kolong kompor di dapur atau di bawah ember di kamar mandi. Seolah-olah tidak ingin dikeluarkan dari rumah. Tapi, makin lama Leo makin malas bergerak, lebih banyak tidur, bahkan ketika kandangnya dibuka juga Leo tetap diam di dalam kandang. Dikira mungkin Leo sudah terlalu tua. Bahkan ayah sempat menggerentes, mungkin suatu saat kita akan mengubur Leo di tempat baru ini. Sekali waktu, ketika akan diobati luka-luka di badannya, teraba bahwa badan Leo sangat ringan dan kurus. Bulunya yang lumayan tebal membuat kurusnya badan Leo tidak kelihatan langsung. Bukan hanya kurus, Leo juga demam, ketika duduk di lantai dan diangkat, lantainya basah dan bulu Leo juga terasa basah. Badannya juga hangat. Akhirnya diputuskan untuk membawa Leo ke dokter hewan.
Ribetnya ingin ke dokter hewan, tadinya ingin Leo divaksin dan dikebiri, untuk mengurangi marking, dan dengan asumsi Leo mungkin sudah tua. Akhirnya, setelah beberapa kali gagal janjian menemui dokter hewan, Leo dibawa ke klinik GloriaVet. Apa kata dokter? Ternyata Leo kena scabies parah. Sedemikian parahnya sehingga seluruh badan Leo sudah penuh scabies. Berat badannya juga turun drastis jadi hingga 1.9kg aja. Pantesan ringan sekali ketika digendong. Kata dokter, akibat scabies parah, Leo malas makan, malas gerak dan badannya demam. Jika dibiarkan, bisa-bisa mati. Darimana kena scabbies? Kata dokter, bisa karena lingkungan yang kotor, bisa juga karena interaksi dengan kucing lain yang terkena scabies. Lho… jadi teringat dengan si Dis-dis yang akhirnya mati di rumah lama dulu. Jangan-jangan Leo tertular Dis-dis. Menurut dokter, Leo sudah cukup lama kena penyakit tersebut. Ooh pantesan kepalanya penuh kerak-kerak dan luka, dikira cuma jamur biasa dan luka-luka karena berkelahi. Leo disuntik dan diberi makan khusus, Royal Canine. Tapi Leo nggak mau, tetap mau makan catfood kesukaannya. Seminggu setelah suntikan pertama, Leo menunjukkan kemajuan yang signifikan. Nafsu makan muncul, berat badan naik jadi 2.7 kg, naik 1kg dalam 1 minggu. Berapa usia Leo? Kata dokter, usianya sekitar 5-6 tahun. Ooh nggak terlalu tua ya? Ya masih lebih tua Moni. Dokter memperkirakan usia Leo dari bentuk dan jumlah giginya.
Dua minggu setelah disuntik, Leo berangsur pulih. Bulunya rontok beserta kulit mati dan scabiesnya. Berat badan berangsur naik dan mulai aktif. Pileknya juga sudah mulai berkurang drastis, bersin hanya sesekali. Leo mulai duduk-duduk di halaman rumah. Bahkan ikut-ikutan mengejar-ngejar kucing tetangga ketika musim kawin, plus ikut-ikutan ribut dengan kucing jantan di genteng tetangga. Selama Leo di halaman, tidak pernah ada kucing lain yang berani mendekat.
Lantas datanglah tragedi yang tidak pernah kita sangka-sangka. Entah apa sebabnya, satu persatu kucing-kucing kecil di rumah mati. Dimulai dari anak Moni, chiwabaka. Dokter menyebut kurang gizi. Kita pikir, mungkin karena Moni sudah terlalu tua sehingga air susunya kurang bergizi. Setelah Chiwabaka, menyusul yang lain-lain, selang 2-3 hari, Milo (Mini Leo, karena persis seperti Leo), si Item, Thomas, dan akhirnya Beji. Dikira anak-anak kucing ini hanya belekan, nggak taunya satu persatu mereka mati. Padahal, sejak kematian Chiwabaka, setiap pagi anak-anak ini disuapi susu Royal Canine. Satu lagi kucing gelandangan usia kira-kira 2 bulan, mati di halaman depan, setelah 3 hari ikut-ikutan makan di tempat makan Leo. Why? Entah..
Selesai? Beluuum… Korban berikutnya adalah si Sleepy, usia sekitar 2 bulan, yang tadinya sehat wal afiat, tiba-tiba mendadak muntah-muntah, kejang dan mati, hanya 1 hari. Kita pikir, ooh mungkin terminum air yang terkena fogging kah? Pada waktu itu, memang ada 2 kali fogging. Di halaman depan juga ditemukan muntahan warna putih agak bening, apakah Moni atau Leo? Entah.
Sleepy ini siapa? Sleepy bukan keturunan Moni, Blacknose atau Leo, tapi kucing titipan teman yang tadinya mau di-forward ke teman yang lain. Sleepy memiliki keturuan MaineCoon. Jadi, rencananya, setelah 2 bulan, mungkin Sleepy akan diberikan ke kerabat/teman yang lain.
Di kamar belakang, Blacknose masih sibuk membesarkan anaknya, dua ekor, si Calico dan Bear yang berwarna hitam. Anak-anak blacknose ini lincah dan sehat, belum makan apa-apa kecuali susu ibunya. Setelah Sleepy mati, 3 hari kemudian, Beji mati. Setelah itu, Poki, kucing stray yang diselamatkan kakak, sudah dioperasi, dipasang pen, dan selama 1 minggu selalu di kandang di kamar kakak, sudah sehat, dan jalan-jalan, eeh mendadak muntah-muntah dan mati. Apakah gegara sempat satu kandang dengan Beji? Sebelumnya, Beji juga mati.. setelah diare 2 hari. Padahal Beji nafsu makan biasa.
Total yang mati:
1. Chiwabaka
2. Milo
3. Thomas
4. Item
5. Sleepy
6. Beji
7. Pocky
8. Kucing nyasar umur sekitar 2 bulan
Selesai?
Beluuum..
Karena sebelumnya sudah dijanjikan akan memberikan anak-anak kucing tersebut ke teman-teman kakak, maka kita mendapat hibah 3 ekor kucing, 1 induk dan 2 anak, sementara disimpan di rumah untuk disalurkan. Kucing ini semuanya saudara-saudara Sleepy. Induknya berarti ibunya Sleepy. Si anak, dua ekor, satu sehat, satu lagi penuh jamuran. Yang jamuran segera dibawa ke dokter, terkena ring worm katanya. Si Jamur ini ketika datang sudah dalam keadaan berjamur. Sementara saudaranya sehat wal afiat. Saudara si Jamur ini, setelah 4 hari di rumah, dijemput oleh teman kakak dan diberi nama Rudy. Sementara itu, anak Blacknose, si Calico dan Bear sudah mulai berlari-lari di ruang tengah. Sudah mulai ikut-ikutan makan juga.
Suatu hari Calico kena diare. Takut terjadi apa-apa, Calico dipuasakan. Sebelumnya moni kena diare sekitar 2 hari, dan sembuh setelah dipuasakan. Calico hanya minum susu ibunya, dan setiap minum, langsung keluar lagi. 1 hari dipuasakan, Calico sulit makan, dicoba diberikan diatabs, dan makanan khusus digestive care, tapi tetap diare. Sedihnya, Calico ini tidak mau buang kotoran sembarangan. Jadi, ketika di kandang, dia akan mati-matian menahan. Ketika dilepas, dia akan membuang kotoran seperti orang kebelet. Hari ketiga, Calico makin lemas, dan akhirnya dibawa ke dokter. Belum sempat sampai ke dokter, Calico sudah keburu mati.
Tinggal Bear..
Oh ya.. si Jamur juga mendadak mengeong-ngeong, lemas dan mati, mulai pagi mengeong-ngeong di kandang. Dikira hanya cengeng, tapi kok siang dan sorenya nggak mau makan, maghrib sudah lemas, dan satu jam kemudian mati..
Gimana si Bear? Kelihatannya sehat..
Tapi.. eeeh kok beberapa hari kemudian Bear kelihatan lemas, diem di pojokan, dan kena diare juga..
Hayuk cepat ke dokter..
Kata dokter, sama seperti yang lain, Bear kena penyakit pencernaan..
Aneeh ini.. padahal Bear tidak kurang gizi.
Karena takut ada apa-apa, segera Bear diungsikan. Satu hari diungsikan, menurut kabar, Bear sehat, lari-lari, makan dan lain-lain.
Tiba-tiba hari ketiga, datang kabar buruk.. satu hari itu, berturut-turut, Bear mati, disusul Rudy. Padahal mereka sudah berada di tempat lain, tidak di tempat yang sama..
Haduuh ada apa gerangan?
Jadi list kucing yang mati
9. Si Jamur
10. Calico
11. Bear
12. Rudy
Cukuuup…
Sudah 12 anak kucing dengan usia kurang dari 6 bulan, tewas di rumah ini, atau akhirnya tewas meski sudah diungsikan.
Tinggal 3 ekor kucing dewasa. Kita tenang, karena mereka sudah dewasa, mungkin sudah kuat badannya.
Tapiiii..
Dua hari ini Leo menunjukkan kelakuan aneh, banyak diam, bahkan beberapa kali nyaris nggak bergerak di teras rumah. Akhirnya, dua hari yang lalu, Leo dimandikan, karena beberapa kali ingin dimandikan tidak jadi karena cuaca mendung. Setelah dimandikan, Leo menghilang. Ketika dimandikan, teraba badan Leo kembali kurus.
Setelah mandi, siangnya Leo pulang, disodori makanan, hampir tidak disentuh.. Leo cuma tiduran di halaman depan..
Kenapa Leo??
Sampai sore, makanannya hampir tidak disentuh, tapi Leo banyak minum. Besok siangnya, Leo segera dibawa ke dokter.
Apa kata dokter?
Leo sakit..
Sakit apa?
Pembengkakan Ginjal dan Lever/Hepatitis A?
Apaa? Kok bisa? Darimana?
Kata dokter, bisa dari udara, atau makanan yang kotor.
Lhoo Leo selalu makan catfood, nggak pernah makan dari sampah. Kok bisa?
Kata dokter, berat badannya turun drastis jadi 2.9kg, diduga leo sudah hampir 2 minggu kena penyakti tersebut. Gusinya kuning, kulit telinga juga kuning. Lha bulunya kuning, jadi nggak kelihatan kalo itu kuning mencurigakan. Di klinik, Leo diinfus dan disuntik.
Pulang dari dokter, Leo tiduran terus. Dokter menyuruh Leo untuk disuapi madu dan makanan low protein dari Royal Canine. Tapi Leo nggak mau makan, maunya hanya minum. Kalo dipaksa-paksa disuapi, sebagian dilepehkan kembali. Hari kedua, Leo harus disuntik kembali dan ada beberapa obat yang harus ditebus di apotik. Obatnya? Antibiotik dan obat Hepatitis A (Curliv). Karena kakak sedang UAS, obat belum ditebus. Leo hanya diam di kandang sejak pulang dari dokter. Hari kedua, pagi-pagi, kandang dibersihkan, hanya ada pipis warna teh. Leo disuapin, hanya bisa 1 sendok teh, disuapi madu 1 sendok teh. Siangnya Kakak langsung membawa Leo ke dokter lagi. Di dokter, Leo disuntik dan diinfus lagi.
Pulang dari dokter, Leo disimpan di kandang. Kata kakak, ketika keluar dari tas, Leo dipenuhi cairan kuning, Kakak kira itu pipisnya. Badannya kakak lap dan dimasukkan ke kandang. Kakak pergi menebus obat. Ibu pulang malam.
Kakak pesan untuk memasukkan kandang Leo ke kamar kakak supaya hangat. Ibu bilang, nanti ketika pulang ibu masukkan. Ibu pesan agar kandangnya sementara ditutup plastik.
Ibu pulang jam 21.30. Leo terbaring di kandang, mata membuka sebagian. Ketika dipanggil, Leo sudah nggak ada reaksi. Dipegang, badan sebagian sudah agak dingin, kepala lemas terkulai..
Leo sudah mati juga…
Whuaaaaa… whuaaa….
Leo kucing kesayangan Kakak.. Leo yang dibela-belain oleh kakak untuk diangkut duluan, dibelain ditengok tiap malam, diajak ngomong dan dibawa ke dokter berkali-kali. Semua dokter memuji Leo sebagai kucing yang baik, tidak pernah mencakar, tidak pernah menggigit, diam ketika diperiksa, diobati, dimandikan, dan lain-lain.. Nggak heran kalo kakak nyaris meraung-raung menangis begitu melihat tubuh Leo yang sudah kaku. Kakak marah, sedih dan kaget. Perlu nangis??… Perlu.. karena ingin melampiaskan rasa sedih dan kehilangan yang amat berat..
Leo.. yang ketika kita akan pindah, sempat ada wacana untuk tidak dibawa pindah, tapi diprotes habis-habisan oleh Adek. Kata Adek, kasian sekali Leo, setelah dulu dia ditelantarkan oleh pemiliknya, sekarang mau kita tinggalkan lagi?? Leo harus ikut siapa? Siapa yang mau mengurus Leo? Bagaimana perasaan Leo??
Sekarang Leo ternyata akhirnya pergi. Terlepas memang mungkin sudah ajalnya, kepergian Leo tetap misteri, juga bersamaan dengan kepergian anak-anak kucing lainnya.
Benarkah sekedar sakit, apakah bukan kebetulan jika 12 kucing secara berturut-turut mati dengan gejala yang hampir sama? Meski Leo nggak diare, tapi yang terakhir, yang dikira kakak pipis, mungkin muntahan Leo yang berwarna kuning.
Selamat jalan Leo, setidak-tidaknya kamu tidak mati sebagai kucing jalanan yang terlantar. Oh ya, anak-anak kamu sudah ada yang diasuh oleh teman Kakak, Alhamdulillah mereka sehat-sehat, karena diambil sebelum kita pindah ke tempat baru.
Leo dengan Mutmut (hilang)
Si Eneng (Anak Leo dan Moni)
Penguburan Leo
Pagi ini, Mayday, 1st May 2019, Leo dikuburkan. Lahan yang dipilih adalah lahan kosong dekat Sekolah Alam. Leo tidak mungkin dikuburkan di lahan sempit di depan rumah, yang sudah dipenuhi mayat 10 anak kucing, sudah persis seperti pet sematary. Kakak masih terus menangis, mengingat hari-hari dengan Leo. Wajar kakak merasa sangat kehilangan.
Selama ada Leo, di rumah lama, kakak hampir tiap malam ditemani Leo bergadang di teras rumah, entah main game, entah mengerjakan tugas-tugas kuliah. Leo selalu tiduran atau duduk di sebelah Kakak, menjaga kalo-kalo ada kecoak atau tikus mendekat.
Ketika Leo sakit scabies dan akhirnya sembuh, pernah suatu pagi kakak keluar rumah dan disambut dengan tangisan. Ya Leo mengeong mendekati kakak, mengelus-eluskan badannya. Leo bukan tipe kucing yang doyan mengeong. Ketika kakak gendong, mata Leo berair. Leo menangis? Entah percaya entah tidak, yang jelas kakak merasa Leo menangis dan mengucapkan terima kasih karena sudah diobati scabiesnya. Leo tidak ingin makan, Leo hanya ingin digendong dan dielus-elus kepalanya.
Sering juga Leo maksa masuk ke dalam rumah, hanya ingin merasakan tidur di kasur. Ketika ketahuan dan ditegur, Leo pura-pura tidak mendengar, wajahnya melihat ke arah jendela, dan tidak peduli dengan omelan kita. Padahal biasanya Leo selalu kabur kalo ditegur dengan nada tinggi.
Kita juga sering berdebat dan berkhayal, tempat tinggal seperti apa yang paling kita inginkan? Semua menjawab, tempat tinggal yang memungkinkan Leo tetap tinggal bersama kita. Kakak dan Adek sama sekali tidak ingin Leo dipindahtangankan, apalagi ditinggalkan. Leo harus bersama keluarga kita sampai mati! Demikian Kakak pernah berucap.
Dan banyak lagi kenangan bersama Leo…
Kita sering kehilangan kucing karena dicuri orang, dan akhir-akhir ini kehilangan kucing karena mati dalam usia masih sangat muda. Tapi baru sekali ini kita kehilangan kucing dewasa, yang sudah tinggal sedemikian lama, yang sudah sedemikian dekat, mati karena sakit. Rasanya sakit sekali…
Pagi ini, dibalut dengan kaos bekas kakak, ditemani oleh tulisan selamat jalan dari adek, Leo dikuburkan.
Selamat jalan Leo, kamu akan tetap kami kenang..
Lebay ya?
Biariiin…
Sisa-sisa kenangan dengan Leo (dibuang sayang)
Ketika masih sehat wal-afiat, di rumah lama, bersama Moni dan Blacknose, berjemur.
Ketika masa transisi, Leo setiap malam mengeong-ngeong di depan pagar pintu gerbang rumah lama, mencari pemiliknya yang tiba-tiba nggak ada.
Leo, berusaha mencegat kakak untuk pulang meninggalkan Leo, dengan cara menduduki jok motor. Mungkin pengen ikut… (hikksss…)